Model
LIFE CYCLE SOFTWARE
Model
pada life cycle software ada beberapa macam, diantaranya:
–Waterfall
–V-Model
–Simple Interaction Design Model (
Model Rancangan Interaksi Sederhana )
–Star Lifecycle Model (Hartson & Hix, 1989)
Berikut penjelasan mengenai berbagai
model tersebut:
1. Waterfall Model
Nama model ini sebenarnya adalah
“Linear Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle”
atau model waterfall. Model ini adalah model yang muncul pertama kali yaitu
sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang
paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini melakukan
pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu
menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing / verification, dan
maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui
harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Sebagai
contoh tahap desain harus menunggu selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap
requirement. Secara umum tahapan pada model waterfall dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar di atas adalah tahapan umum dari
model proses ini. Akan tetapi Roger S. Pressman memecah model ini menjadi 6
tahapan meskipun secara garis besar sama dengan tahapan-tahapan model waterfall
pada umumnya. Berikut adalah penjelasan dari tahap-tahap yang dilakukan di
dalam model ini menurut Pressman:
·
System
/ Information Engineering and Modeling. Permodelan ini diawali dengan mencari kebutuhan dari keseluruhan
sistem yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk software. Hal ini sangat
penting, mengingat software harus dapat berinteraksi dengan elemen-elemen yang
lain seperti hardware, database, dsb. Tahap ini sering disebut dengan Project
Definition.
·
Software
Requirements Analysis.
Proses pencarian kebutuhan diintensifkan dan difokuskan pada software. Untuk
mengetahui sifat dari program yang akan dibuat, maka para software engineer
harus mengerti tentang domain informasi dari software, misalnya fungsi yang dibutuhkan,
user interface, dsb. Dari 2 aktivitas tersebut (pencarian kebutuhan sistem dan
software) harus didokumentasikan dan ditunjukkan kepada pelanggan.
·
Design. Proses ini digunakan untuk mengubah
kebutuhan-kebutuhan diatas menjadi representasi ke dalam bentuk “blueprint”
software sebelum coding dimulai. Desain harus dapat mengimplementasikan
kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya. Seperti 2 aktivitas
sebelumnya, maka proses ini juga harus didokumentasikan sebagai konfigurasi
dari software.
·
Coding. Untuk dapat dimengerti oleh mesin,
dalam hal ini adalah komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi
bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman
melalui proses coding. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap design yang
secara teknis nantinya dikerjakan oleh programmer.
·
Testing
/ Verification.
Sesuatu yang dibuat haruslah diujicobakan. Demikian juga dengan software. Semua
fungsi-fungsi software harus diujicobakan, agar software bebas dari error, dan
hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan
sebelumnya.
·
Maintenance. Pemeliharaan suatu software
diperlukan, termasuk di dalamnya adalah pengembangan, karena software yang
dibuat tidak selamanya hanya seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja masih
ada errors kecil yang tidak ditemukan sebelumnya, atau ada penambahan
fitur-fitur yang belum ada pada software tersebut. Pengembangan diperlukan
ketika adanya perubahan dari eksternal perusahaan seperti ketika ada pergantian
sistem operasi, atau perangkat lainnya.
MMengapa model ini sangat populer?
= Selain karena pengaplikasian
menggunakan model ini mudah, kelebihan dari model ini adalah ketika semua
kebutuhan sistem dapat didefinisikan secara utuh, eksplisit, dan benar di awal
project, maka SE dapat berjalan dengan baik dan tanpa masalah. Meskipun seringkali
kebutuhan sistem tidak dapat didefinisikan seeksplisit yang diinginkan, tetapi
paling tidak, problem pada kebutuhan sistem di awal project lebih ekonomis
dalam hal uang (lebih murah), usaha, dan waktu yang terbuang lebih sedikit jika
dibandingkan problem yang muncul pada tahap-tahap selanjutnya.
MMeskipun demikian, karena model ini
melakukan pendekatan secara urut / sequential, maka ketika suatu tahap
terhambat, tahap selanjutnya tidak dapat dikerjakan dengan baik dan itu menjadi
salah satu kekurangan dari model ini. Selain itu, ada beberapa kekurangan
pengaplikasian model ini, antara lain adalah sebagai berikut
- Ketika problem muncul, maka proses
berhenti, karena tidak dapat menuju ke tahapan selanjutnya. Bahkan jika
kemungkinan problem tersebut muncul akibat kesalahan dari tahapan sebelumnya,
maka proses harus membenahi tahapan sebelumnya agar problem ini tidak muncul.
Hal-hal seperti ini yang dapat membuang waktu pengerjaan SE.
- Karena pendekatannya secara
sequential, maka setiap tahap harus menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Hal
itu tentu membuang waktu yang cukup lama, artinya bagian lain tidak dapat
mengerjakan hal lain selain hanya menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Oleh
karena itu, seringkali model ini berlangsung lama pengerjaannya.
- Pada setiap tahap proses tentunya
dipekerjakan sesuai spesialisasinya masing-masing. Oleh karena itu, ketika
tahap tersebut sudah tidak dikerjakan, maka sumber dayanya juga tidak terpakai
lagi. Oleh karena itu, seringkali pada model proses ini dibutuhkan seseorang
yang “multi-skilled”, sehingga minimal dapat membantu pengerjaan untuk tahapan
berikutnya.
M Menurut saya, tahapan-tahapan model ini
cukup baik dalam arti untuk melakukan SE ( Software Engineering) , maka harus
ada tahapan-tahapan ini. Tahapan-tahapan ini jugalah yang digunakan oleh
model-model yang lain pada umumnya. Ada filosofi yang mengatakan sesuatu yang
sukses diciptakan pertama kali, maka akan terus dipakai di dalam pengembangannya.
Mungkin dapat dikatakan bahwa inilah standar untuk melakukan SE.
Akan tetapi, yang mungkin menjadi
banyak pertimbangan mengenai penggunaan dari model ini adalah metode
sequential-nya. Mungkin untuk awal-awal software diciptakan, hal ini tidak
menjadi masalah, karena dengan berjalan secara berurutan, maka model ini
menjadi mudah dilakukan. Sesuatu yang mudah biasanya hasilnya bagus. Oleh
karena itu model ini sangat populer. Akan tetapi, seiring perkembangan
software, model ini tentu tidak bisa mengikutinya. Yang menjadi kelemahan
adalah pada pengerjaan secara berurutan tadi, seperti yang sudah saya utarakan
sebelumnya. Kelemahan-kelemahan yang lain juga sudah saya utarakan di atas,
atau bahkan masih ada yang lainnya.
N Nantinya, akan dikembangkan model-model
yang lain, bahkan ada tahap evolusioner dari suatu model proses untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan tadi. Meskipun secara tahapan masih menggunakan standar
tahapan waterfall model. Kesimpulannya adalah ketika suatu project skalanya
sedang mengarah kecil bisa menggunakan model ini. Akan tetapi kalau sudah
project besar, tampaknya kesulitan jika menggunakan model ini.
2. V- Model
Bisa dikatakan model ini merupakan
perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan karena tahap-tahapnya
mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika dalam model waterfall
proses dijalankan secara linear, maka dalam model V proses dilakukan bercabang.
Dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software
dengan tahap pengujiannya.
Berikut penjelasan masing-masing tahap beserta tahap pengujiannya:
1. Requirement Analysis & Acceptance Testing
Tahap Requirement Analysis sama seperti yang terdapat dalam model waterfall. Keluaran dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan pengguna.
Acceptance Testing merupakan tahap yang akan mengkaji apakah dokumentasi yang dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para pengguna atau tidak.
2. System Design & System Testing
Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu pada dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari tahap ini adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data, dan yang lain. Selain itu tahap ini juga menghasilkan contoh tampilan window dan juga dokumentasi teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data Dictionary.
3. Architecture Design & Integration Testing
Sering juga disebut High Level Design. Dasar dari pemilihan arsitektur yang akan digunakan berdasar kepada beberapa hal seperti: pemakaian kembali tiap modul, ketergantungan tabel dalam basis data, hubungan antar interface, detail teknologi yang dipakai.
4. Module Design & Unit Testing
Sering juga disebut sebagai Low Level Design. Perancangan dipecah menjadi modul-modul yang lebih kecil. Setiap modul tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk memudahkan programmer melakukan coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program seperti: fungsi dan logika tiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk tiap modul, dan lain-lain.
5. Coding
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang sudah dibentuk.
S 4.SIMPLE INTERACTION DESIGN MODEL
Pada model rancangan interaksi
sederhana ini input atau masukan hanya memiliki satu titik. yang mana masukan
tersebut diidentifikasikan apakah sesuai dengan kebutuhan, lalu didesain sesuia
dengan persyaratan yang telah ditetap kan. Setelah diDesain rancangan tersebut
dibangun dan harus interaktif. Setelah itu barulah racangan tersebut
dievaluasi.
Evaluasi dapat dilakukan dimana saja,
rancangan yang telah di evaluasi dapat kembali didesain ulang atau apakah
rancanagn tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan user, maka alur tersebut akan
terus berputar hingga pada tahap evaluasi tidak lagi terjadi kesalahan, baik
dalam penetapan kebutuhan user maupun pendesainannya, sehingga pada tahap
evaluasi terciptalah sebuah hasil akhir yang valid.
4. Star Lifecycle Model (Hartson &
Hix, 1989)
= Model Siklus Hidup Star (Hartson
& HIx,1998)
- Analisa
Identifikasi kemampuan user, strategi yang digunakan untuk meningkatkan ketrampilannya, alat yang saat ini dipakai, masalah-masalah yang dialami, perubahan yang diinginkan baik dalam ketrampilan maupun peralatan.
Metode : tanya kemampuan user dan buat daftar dengan skala prioritas, observasi ketrampilan di lapangan.
Identifikasi kemampuan user, strategi yang digunakan untuk meningkatkan ketrampilannya, alat yang saat ini dipakai, masalah-masalah yang dialami, perubahan yang diinginkan baik dalam ketrampilan maupun peralatan.
Metode : tanya kemampuan user dan buat daftar dengan skala prioritas, observasi ketrampilan di lapangan.
- Evaluasi kompetisi
Tentukan kekuatan dan kelemahan rancangan
Metode : pengguna diminta untuk mencoba menggunakan berbagi produk dan minta untuk menyebutkan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing produk.
Tentukan kekuatan dan kelemahan rancangan
Metode : pengguna diminta untuk mencoba menggunakan berbagi produk dan minta untuk menyebutkan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing produk.
-Rancang sambil jalan
Gunakan hasil analisa untuk membuat alternatif solusi, minta masukan sampai dengan penentuan pilihan yang terbaik.
Metode : tanyai user sehubungan dengan pengalaman menggunakan prototipe.
Gunakan hasil analisa untuk membuat alternatif solusi, minta masukan sampai dengan penentuan pilihan yang terbaik.
Metode : tanyai user sehubungan dengan pengalaman menggunakan prototipe.
- Evaluasi dan validasi
Secara periodik user memberikan masukan selama pengembangan dan perancangan akan diulang berdasarkan masukan tadi.
Metode : amati kebutuhan pokok user dalam menggunakan sistem.
Secara periodik user memberikan masukan selama pengembangan dan perancangan akan diulang berdasarkan masukan tadi.
Metode : amati kebutuhan pokok user dalam menggunakan sistem.
- Benchmark
Memadukan hal-hal terbaik yang dimiliki pesaing untuk diterapkan dalam sistem yang dibangun Metode : menggali informasi dari user hal-hal yang sebaiknya ada dibandingkan dengan kompetitor, contoh : situs IBM.
Memadukan hal-hal terbaik yang dimiliki pesaing untuk diterapkan dalam sistem yang dibangun Metode : menggali informasi dari user hal-hal yang sebaiknya ada dibandingkan dengan kompetitor, contoh : situs IBM.
Dalam Siklus permodelan ini pengujian
dilakukan terus menerus, tidak harus dikahir. Misalnya dimulai dari menentukan
kosep desain (conceptual design ) dalam proses ini akan langsung terjadi
evaluasi untuk langsung ternilai apakah sudah sesuai dengan kebutuhan user,
bila belum maka akan terus berulang di evaluasi hingga benar-benar pas,
selanjutnya apabila sudah pas, maka dari tahap evaluasi yang pertama aka lanjut
ke proses yg selanjutnya yakni requirements/specification yakni
memverifikasikan persyaratan rancangan tersebut, dan pada tahap itu juga
langsung terjadi pengevaluasian seperti tahap pertama, dan selanjutnya akan
tetap sama terjadi pada tahapan-tahapan selanjutnya yakni task
analysis/fungsion analysis, pengimplementasian, prototyping hingga pada
akhirnya terciptalah sebuah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan user. Intinya
pada rancangan model ini pengevaluasian dilakukan disetiap tahapan tidak hanya
pada tahapan akhir seperti model-model rancangan yang lainnya.
Sumber :
http://chellessie.blogspot.com/
http://tommysetiawan1994.wordpress.com/2013/01/22/simple-interaction-design-model/